Wednesday, August 29, 2018

There is no end of ifs


if,
so you You wanna hear my list of ifs?
if....
if....
if....,
So...
There's no end to the ifs.
(Dr. Ernie Found - miracle season)

dialog diatas adalah penggalan dialog seorang ayah yang anaknya telah meninggal ke teman anaknya.

Saya teringat dialog ini ketika saya mengalami kejadian setelah magrib kemarin,
istri tetangga saya teriak-teriak panik, karena karyawannya (lelaki, saya sebut saja SW) tiba-tiba kejang setelah sebelumnya sesak nafas ketika sedang beristirahat sambil menonton televisi.
Ketika saya datang, sudah ada juga beberapa tetangga yg hadir, sambil merebahkan tubuh SW dan memberikan pertolongan pertama.
Tidak lama kemudian dibawalah SW dengan mobil ke RS terdekat dengan saya ikut sampai RS.
Di mobil saya memperhatikan SW masih bernafas dengan susah payah, namun beberapa saat sebelum tiba di RS saya perhatikan nafasnya sudah tidak ada.
Sesampainya di RS dan diberikan tindakan di ICU, nyawa SW tidak tertolong.
Innalillahi wa inna ilaihi roojiun...

Ada beberapa 'ifs/andai' yg sempat saya pikirkan: 
seandainya kami lebih cepat membawanya ke RS,
seandainya saya memberi tindakan lebih sewaktu di mobil,
seandainya saya tahu bagaimana menangani keadaan spt itu,
seandainya....
Namun, akhirnya saya bertanya sendiri, jika semua 'andai' itu terjadi, apakah nyawa SW akan tertolong?
sebegitu hebatnyakah saya, bisa memastikan takdir? jika semua 'andai' itu terjadi, SW masih akan hidup?
Astaghfirullah, secara tidak sadar saya telah mendahului Allah, 
Allah yang menguasai alam semesta, yang menguasai takdir, qadha dan qodar, yang menguasai semua mahluk dan semesta
Mudah"an Allah memaafkan saya.

Ini juga bukan mencari pembenaran atas 'kemalasan' saya.
dalam mencari nafkah, saya menilai diri saya kurang total, 
Tidak boleh bilang 'mau usaha gimana pun, ya klo rejekinya segini ya segini aja'
Secara tidak sadar, kita sendiri yang membatasi rejeki kita, yang membatasi takdir kita.
Setiap kita punya pilihan.

Siang tadi, setelah pemakaman SW, tetangga saya bercerita, 2 hari sebelum SW tiada, SW sempat bersepeda jarak jauh dan kecapekan,
keesokannya SW sempat mandi siang hari ketika tubuhnya berkeringat, di hari SW meninggal pun 2 jam sebelumnya, SW sempat mengajak anak tetangga saya jalan-jalan di lingkungan rumah.
dan ternyata setelah Isya SW sudah tiada. Yang dialami SW biasanya disebut 'angin duduk/angina', dan inilah takdirnya. 
( angin duduk biasanya berkaitan dengan masalah jantung atau pembuluh darah koroner ).

Setelah gugling, sy mendapat penjelasan dr bbrp web dibawah ini:
apa itu angin duduk? bisa dilihat di https://www.alodokter.com/angin-duduk
pertolongan pertamanya: https://www.viva.co.id/gaya-hidup/kesehatan-intim/994716-tips-pertolongan-pertama-untuk-penderita-angin-duduk
(tenang saja, tidak ada jebakan/affiliate utk web yg saya sebutkan diatas)

Selama ini saya beberapa kali 'menangani' orang yang meninggal sampai ke kuburnya, namun ini pengalaman pertama saya melihat orang meninggal di depan mata saya sendiri, masih kebayang sampai sekarang.

Jadi InsyaAllah akan hidup sehat, makan makanan sehat, menghindari makanan tidak sehat dan berolahraga.

Jangan 'tabu' juga mempersiapkan wasiat kita ke keluarga, mempersiapkan keluarga jika kita tidak ada didunia ini lagi,

karena

kematian itu pasti...


nb: tulisan ini adalah untuk mengingatkan diri saya sendiri, maaf jika terkesan menceramahi atau ada yg tidak berkenan. 🙏


Monday, May 14, 2018

Berdamai dengan Kehilangan... (I Kill Giants Movie)


Ini sebenarnya tulisan setelah sebulan nonton film I Kill Giants.

Sejak ngeliat trailernya, sy berpendapat, film ini sepertinya bagus, seorang anak yang bisa melihat raksasa yg tidak terlihat oleh manusia lain dan membunuhnya.
Tapi ternyata saya salah besar, film ini tidak sesederhana itu, ada makna mendalam dibaliknya.
Dikisahkan ada seorang anak yang bisa dibilang nyentrik baik dari dandanannya dan kelakuannya, dia 'merasa' melihat raksasa yang akan memusnahkan umat manusia dan raksasa yg terkejam adalah 'Titan'
Dan dia merasa 'harus' membunuh raksasa itu karena hanya dia yg bisa melihatnya, walaupun ada tantangan dari lingkungan sekitar.
Singkat kata, ternyata raksasa (giants) itu hanya perumpamaan, situasi yang sebenarnya adalah ibunya sedang sakit parah dan sebagai anak yang sangat dekat dengan ibunya, dia rela melakukan apa saja agar ibunya sembuh.
Giants yg dimaksud disini ternyata adalah ajal, dan setelah pertempuran antara anak itu dengan Titan, akhirnya dia bisa berdamai dengan titan, alias ajal yg akan menjemput ibunya.
Dia bisa menerima bahwa ibunya tidak bisa diselamatkan, dan bahkan berterimakasih kepada Titan dan akan baik-baik saja selepas ketiadaaan ibunya.

Kalau kita convert ke mindset pedagang dan dari pengalaman pribadi,
pernah bbrp kali usaha saya sudah dititik nadir, mau stop dan beralih kok rada gengsi ya, ntar dibilang gampang nyerahlah, gada nyali lah, dll,
padahal memang silihat dari sisi manapun, usaha itu memang sudah seharusnya dihentikan, jikalau memang ingin diteruskan pun harus berhenti dulu, dibenahi tidak bisa sambil jalan,
berbagai macam alasan, mulai dari pecah kongsi, dana yang minus, pemilik tempat yang semena", dll.
Jikalau kita memulai yang baru seyogyanya juga harus 'berdamai' dengan masa lalu baik itu kesuksesan masa lalu ataupun keterpurukan.
Sewaktu berbisnis bengkel, pernah saya dihadapkan pada berbagai macam rintangan, waktu itu saya berkeyakinan bahwa itu adalah cobaan dari berbisnis yang harus diatasi dah dilewati, fyi sy berbisnis dari modal KTA dan menambah hutang KTA untuk menutupi kerugian (riba coy).
Sewaktu akhirnya bengkel bubar, saya pun tobat berhutang KTA dan mulai instrospeksi dan akhirnya berkesimpulan bahwa 'rintangan"' itu sebenarnya adalah mungkin tanda dari-Nya untuk berhenti.
Ayo Andi, berhenti, bisnis bengkel ini sudah tamat, jangan dengarkan kata orang dan mulai akhiri hutang riba. Sayang, saya melihatnya lain, Astaghfirullah...


Berdamai dengan 'maut' dari usaha tersebut mutlak adanya, berterimakasihlah untuk pengalaman, move on, dan anda akan baik-baik saja... :)