Monday, October 22, 2012

Peringatan bernama Kematian....

Kita (saya khusunya) kembali diingatkan bahwa kematian itu dekat.
Di akhir pekan kemarin saya diingatkan dengan meninggalnya istri dari teman komunitas saya,
yang juga ketua komunitas wilayah yang saya perkirakan usianya masih dibawah 38th.
Yang membuat saya tambah miris adalah kedua anaknya yg masih kecil, satu kelas 1 sd dan satu masih 1 tahun.
Bagaimana nantinya teman saya akan membesarkan mereka berdua.
Namun saya percaya bahwa teman saya 'tahan banting', perjalanannya menjadi pengusaha pun tidak semulus kelihatannya,
banyak rintangan yang dia telah hadapi sampai seperti sekarang ini.
Dan di hari Ahad kemarin mertua dari pelatih saya juga meninggal dunia, kabar ini juga menjadi silaturahmi saya dengan pelatih saya tersebut setelah sekian lama tidak berkomunikasi.
Merunut ke belakang, ketua RT saya (sudah berumur) juga telah meninggalkan dunia ini setelah hampir setahun menderita sakit.
Hampir berdekatan dengan itu, pakde istri saya juga meninggal dunia, dan keluarga kami cukup dekat dengan keluarga almarhum.
Banyak peristiwa meninggalnya seseorang sering membuat kita berkata 'kasihan' terutama jika yang bersangkutan meninggalkan anak-anak yg masih kecil, meninggal mendadak, masih muda, dan lain-lain.
Padahal itu semua adalah 'peringatan; untuk kita dan saya pribadi.
Kematian adalah kepastian yang tidak pasti, kematian pasti datang, tapi kepastian kapan datangnya yang menjadi misteri bagi kita.
Dan Insya Allah berita kematian akan membuat kita berpikir untuk bermaksiat (walaupun hanya sementara waktu).

Berkolerasi dengan itu saya salut dengan orang-orang yang berani berhutang, terutama hutang konsumtif.
Orang-orang tersebut berani berasumsi bahwa mereka masih bisa membayar untuk setahun bahkan beberapa tahun kedepan, padahal mereka tidak tahu kapan kematian akan menjemput mereka dan mereka akan mewariskan hutang konsumtif ke keturunan mereka.
Sudah siapkah kita jika kematian datang kepada kita?
Apa yg sudah kita tinggalkan untuk keluarga kita, anak istri kita, lingkungan kita?
Sudahkah kita menyayangi anak istri kita, keluarga kita, orang tua kita seolah-olah besok kematian datang menjemput kita?
Jangan sampai kita menyesal jika nanti kematian datang menjemput kita,
menyesal tidak sering bercengkrama dengan anak istri kita,
menyesal belum mendidik anak istri kita beragama yang baik sehingga lalai mendoakan kita,
menyesal dengan hal-hal baik yang kita ingin kerjakan
menyesal bahwa banyak orang-orang yang kita 'sakiti' dan kita belum meminta maaf, terutama keluarga kita
dan banyak penyesalan-penyesalan lain


Terlepas dari itu semua, tulisan ini terutama adalah peringatan untuk pribadi saya.
Maaf jika ada kata-kata yang meyinggung

wassalam,
mari menyiapkan bekal untuk akhirat kita :)